Kekuatan Kata dalam Berbicara Bahasa Jawa: Mengapa Pemilihan Kata Penting?



gambar blangkon jawa gaya jogja
blangkon jawa gaya jogja


Yogya dot org - Bahasa Jawa, yang mengenal ratusan bahkan ribuan kata, terbagi menjadi beberapa variasi seperti bahasa Jawa ngoko, kromo alus, dan kromo madyo. Bahasa ini memberikan kontribusi luar biasa terhadap kehidupan dan budaya orang Jawa. Mari kita lihat contoh penggunaan bahasa Jawa dalam merujuk pada diri sendiri dalam pandangan orang lain.

Dalam bahasa Indonesia, kata "kamu" memiliki beragam bentuk dalam bahasa Jawa, seperti "Kowe," "awakmu," "sampean," "panjenengan," dan lainnya. Meskipun tampak sederhana, penting untuk memperhatikan makna dan implikasinya:

  1. Kata "Kowe" sering digunakan oleh anak-anak, tetapi sebenarnya memiliki makna lain, yaitu "anak budheng" (monyet hitam). Penggunaan kata ini sebenarnya dapat dianggap merendahkan lawan bicara dengan menyamakan mereka dengan anak budheng. Oleh karena itu, mari ajarkan anak-anak kita untuk tidak menggunakan kata ini, karena hal ini dapat memengaruhi cara mereka berhubungan dengan orang lain di masa depan.
  2. "Awakmu" berasal dari kata "awak," yang berarti tubuh. Penggunaan kata ini menunjukkan bahwa Anda menempatkan diri setara dengan lawan bicara, dan ini biasanya digunakan oleh orang-orang yang sangat akrab satu sama lain.
  3. "Sampean" berasal dari kata "ampean," yang berarti kaki dalam bahasa Jawa halus. Ketika Anda menggunakan kata ini, Anda secara tidak langsung menempatkan diri di bawah lawan bicara, karena "ampean" (kaki) berada di bawah "awakmu" (tubuh). Kata ini umumnya digunakan untuk merujuk kepada orang yang lebih tua, seperti kakak, saudara sepupu yang lebih tua, atau rekan kerja yang senior.
  4. Kata terakhir, "Panjenengan" atau "Jenengan," berasal dari kata "jumeneng," yang berarti berdiri. Dengan tambahan akhiran "an," kata ini dapat diartikan sebagai tempat berdiri atau berpijak. Penggunaan kata "panjenengan" menempatkan Anda jauh di bawah lawan bicara, dan biasanya digunakan untuk merujuk kepada orang yang jauh lebih tua, seperti orang tua (ayah atau ibu), kakek, nenek, atau figur yang harus dihormati seperti pimpinan.

Dari penjelasan singkat mengenai bahasa ini, mari kita selalu memahami tempat dan peran kita dengan menghormati orang lain. Jika seseorang yang lebih tua menggunakan bahasa yang tampak merendahkan diri mereka sendiri, kita dapat dengan sopan membetulkannya untuk menjaga martabat mereka. Kekayaan bahasa Jawa ini adalah warisan yang berharga yang memperkaya budaya Indonesia. Mari kita bangga akan bahasa Jawa ini.

Baca Juga: Kamus Boso Walikan Jogja